الحــديث
الأول
HADITS PERTAMA
عَنْ
أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ،
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا
فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما
المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري
وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح
الكتب المصنفة]
Arti Hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Amirul
Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap
perbuatan
tergantung niatnya.
Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia
niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang
hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia
niatkan.
(Riwayat dua imam
hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin
Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al
Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang
paling shahih yang pernah dikarang) .
Catatan
:
Hadits ini merupakan
salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan
Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.
Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan
anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan
dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam
fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga
Islam.
Hadits ini ada
sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan
untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk
mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan
“Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
Pelajaran yang
terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :
Niat merupakan
syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan
mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
Waktu pelaksanaan
niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
Ikhlas dan
membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih
dan ibadah.
Seorang mu’min akan
diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
Semua perbuatan yang
bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah
maka dia akan bernilai ibadah.
Yang membedakan
antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
Hadits di atas
menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan
hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam
hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
الحـديث الثاني
HADITS KEDUA
عَنْ عُمَرَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ
شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ
أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ
صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ
عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ
الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ
سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ
تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ
رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ
مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ
دِيْنَكُمْ .
[رواه
مسلم]
Arti hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Umar
radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa
tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi:
“ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa
yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan
agama kalian “.
(Riwayat
Muslim)
Catatan
:
Hadits ini merupakan
hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran
Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini
mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang
terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan
Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث
:
Disunnahkan untuk
memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika
menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
Siapa yang
menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk
mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib
baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta
yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
Jika seseorang yang
ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak
tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
Kemungkinan malaikat
tampil dalam wujud manusia.
Termasuk tanda hari
kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga
anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan
memperlakukan hambanya.
Tidak disukainya
mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada
kebutuhan.
Didalamnya terdapat
dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah
ta’ala.
Didalamnya terdapat
keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.
الحـديث الثالث
HADITS KETIGA
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم
يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ
الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.
[رواه الترمذي ومسلم ]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu
Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata :
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun
diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah
dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.
(Riwayat Turmuzi dan
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث
:
Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan
tegak diatas tiang-tiang yang mantap.
Pernyataan tentang
keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad
Shallallahu’alaihi wasallam, merupakan hal yang paling mendasar dibanding
rukun-rukun yang lainnya.
Selalu menegakkan
shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya
dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim
yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang
dari perbuatan keji dan munkar.
Wajib mengeluarkan
zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada
mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang
membutuhkan.
Wajibnya menunaikan
ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
Adanya keterkaitan
rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang
muslim berdasarkan ijma’.
Nash diatas
menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang
penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits.
Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
Islam
adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga
tidak bermanfaat iman tanpa amal .
الحـديث
الرابـع
HADITS KEEMPAT
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ
الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ
يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ
فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ
وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ
غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا
يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ
فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah Hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Abdurrahman
Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang
yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya
di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah
menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging
selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu
ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara :
menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi
Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal
sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan
ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada
yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka
tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan
perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Allah ta’ala
mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang
akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.
2. Tidak mungkin
bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk surga atau
neraka, akan tetapi amal perbutan merupakan sebab untuk memasuki
keduanya.
3.
Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya
dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi
keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4.
Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam
jiwa.
5.
Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab
serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hatinya
karenanya.
6.
Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah
menyempurnakan umurnya.
7.
Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin
manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih
terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya
sekaligus.
الحـديث
الخامس
HADITS KELIMA
عَنْ أُمِّ
الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ :
قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا
لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Ummul Mu’minin;
Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan
(agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat
Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu
perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Setiap
perbuatan ibadah yang tidak bersandar pada dalil syar’i ditolak dari
pelakunya.
2. Larangan dari
perbuatan bid’ah yang buruk berdasarkan syari’at.
3. Islam adalah
agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’
(mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam
telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan
mengada-ada.
4. Agama Islam
adalah agama yang sempurna tidak ada kurangnya.
الحــديث السادس
HADITS KEENAM
عَنْ أَبِي
عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ
بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ
يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ
اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي
الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ،
أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
[رواه
البخاري ومسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث :
Dari Abu Abdillah
Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat
(samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut
terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan
siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara
yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya
disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan
memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah
adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim)
Catatan
:
· Hadits ini
merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata : Islam itu
berputar dalam empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah
satunya.
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Termasuk
sikap wara’ adalah meninggalkan
syubhat .
2.
Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan
haram.
3.
Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang
kepada perbuatan dosa besar.
4.
Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan
fisik.
5.
Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.
6.
Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang
diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang
diharamkan.
7.
Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan
cara ke arah sana.
8.
Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.
الحــديث السابع
HADITS KETUJUH
عَنْ أَبِي
رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ :
لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
.
[رواه
البخاري ومسلم]
Dari Abu Ruqoyah
Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda
: Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ? beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpain kaum muslimin dan rakyatnya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran
:
1. Agama Islam
berdiri tegak diatas upaya saling menasihati, maka harus selalu saling
menasihati diantara masing-masing individu muslim.
2. Nasihat wajib
dilakukan sesuai kemampuannya.
الحـديث الثـامن
HADITS KEDELAPAN
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
الله عليه وسلم قَالَ : أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا
الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكاَةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي
دِمَاءُهُمْ وَأَمْوَالُـهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى
اللهِ تَعَالىَ
[رواه البخاري ومسلم ]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Ibnu Umar
radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada
Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka
akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah
Subhanahu wata'ala.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim)
Catatan
:
Hadits ini secara
praktis dialami zaman kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, sejumlah rakyatnya ada
yang kembali kafir. Maka Abu Bakar bertekad memerangi mereka termasuk di
antaranya mereka yang menolak membayar zakat. Maka Umar bin Khottob menegurnya
seraya berkata : “ Bagaimana kamu akan memerangi mereka yang mengucapkan Laa
Ilaaha Illallah sedangkan Rasulullah telah bersabda : Aku
diperintahkan…..(seperti hadits diatas)” . Maka berkatalah Abu Bakar :
“Sesungguhnya zakat adalah haknya harta”, hingga akhirnya Umar
menerima dan ikut bersamanya memerangi mereka.
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Maklumat
peperangan kepada mereka yang musyrik hingga mereka selamat.
2.
Diperbolehkannya membunuh orang yang mengingkari shalat dan memerangi mereka
yang menolak membayar zakat.
3.
Tidak diperbolehkan berlaku sewenang-wenang terhadap harta dan darah kaum
muslimin.
4.
Diperbolehkannya hukuman mati bagi setiap muslim jika dia melakukan perbuatan
yang menuntut dijatuhkannya hukuman seperti itu seperti : Berzina bagi orang
yang sudah menikah (muhshan), membunuh orang lain dengan sengaja dan
meninggalkan agamanya dan jamaahnya .
5.
Dalam hadits ini terdapat jawaban bagi kalangan murji’ah yang mengira bahwa iman
tidak membutuhkan amal perbuatan.
6.
Tidak mengkafirkan pelaku bid’ah yang menyatakan keesaan Allah dan menjalankan
syari’atnya.
7.
Didalamnya terdapat dalil bahwa diterimanya amal yang zhahir dan menghukumi
berdasarkan sesuatu yang zhahir sementara yang tersembunyi dilimpahkan kepada
Allah.
الحــديث التـاسع
HADITS KESEMBILAN
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ
: مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا
مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ
كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ .
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Hurairah
Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Apa yang aku larang hendaklah kalian
menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan
semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena
banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap
nabi-nabi mereka.
(Bukhori dan
Muslim)
Pelajaran
:
1. Wajibnya
menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam.
2. Siapa yang
tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia
hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu
laksanakan.
3. Allah tidak
akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar
kemampuannya.
4. Perkara yang
mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.
5. Menolak
keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.
6. Larangan
untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.
7. Wajib
mengikuti Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ta’at dan menempuh jalan
keselamatan dan kesuksesan.
8. Al Hafiz
berkata : Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan
perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat
tersebut belum dibutuhkan.
الحـديث العاشر
HADITS
KESEPULUH
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً،
وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ
تَعَالَى : ,يَا
أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً - وَقاَلَ
تَعَالَى : , يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
- ثُمَّ
ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى
السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ
.
[رواه
مسلم]
Terjemah
hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak
menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman
sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul
makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan
Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa
yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang
melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua
tangannya ke langit seraya berkata : Yaa Robbku,
Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan
kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya)
bagaimana doanya akan dikabulkan.
(Riwayat Muslim).
Pelajaran
:
1.
Dalam hadits diatas terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala
kekurangan dan cela.
2.
Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka
siapa yang bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.
3.
Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah
ta’ala.
4.
Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya
doa.
5.
Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali mereka
yang Allah kehendaki.
6.
Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya amal
perbuatan.
7.
Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari
sesuatu yang haram.
8.
Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan maksud
agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.
9.
Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan
terkabul.
10.
Dalam hadits terdapat sebagian dari sebab-sebab dikabulkannya do’a :
Perjalanan jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam
keadaan kumal dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam
berdoa, keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan
pakaian yang halal.
الحـديث
الحادي عشر
PELAJARAN KESEBELAS
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ عَلِي بْنِ أبِي طَالِبٍ سِبْطِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ الله
عَنْهُمَا قَالَ : حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛
دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ .
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Terjemah
hadits:
Dari Abu Muhammad Al
Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan
kesayangannya dia berkata : Saya menghafal dari Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak
meragukanmu.
(Riwayat Turmuzi dan
dia berkata: Haditsnya hasan shoheh)
Pelajaran:
1.
Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap
wara’.
2.
Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari
perbuatan syubhat, khususnya jika diantara pendapat mereka tidak ada yang dapat
dikuatkan.
3.
Jika keraguan bertentangan dengan keyakinan maka keyakinan yang
diambil.
4.
Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak ada
harganya keraguan dan kebimbangan.
5.
Berhati-hati dari sikap meremehkan terhadap urusan agama dan masalah
bid’ah.
6.
Siapa yang membiasakan perkara syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan
yang haram.
الحــديث
الثاني عشر
HADITS KEDUA
BELAS
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
[حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]
Terjemah hadits
:
Dari Abu Hurairah
radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak
berguna baginya .
(Hadits Hasan
riwayat Turmuzi dan lainnya)
Pelajaran:
1. Termasuk
sifat-sifat orang muslim adalah dia menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara
yang mulia serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah.
2.
Pendidikan bagi diri dan perawatannya dengan meninggalkan apa yang tidak
bermanfaat didalamnya.
3.
Menyibukkkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kesia-siaan dan
merupakan pertanda kelemahan iman.
4.
Anjuran untuk memanfaatkan waktu dengan sesuatu yang manfaatnya kembali kepada
diri sendiri bagi dunia maupun akhirat.
5.
Ikut campur terhadap sesuatu yang bukan urusannya dapat mengakibatkan kepada
perpecahan dan pertikaian diantara manusia.
الحـديث
الثالث عشر
HADITS KETIGA BELAS
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا
يُحِبُّ لِنَفْسِه
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits
:
Dari Abu Hamzah,
Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman
salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Seorang
mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai
saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.
2. Menjauhkan
perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan
iman.
3.
Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang
dengan kemaksiatan.
4.
Anjuran untuk menyatukan hati.
الحــديث
الرابع عشر
HADITS KEEMPAT BELAS
عَنِ ابْنِ
مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي
رَسُوْلُ اللهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ : الثَّيِّبُ الزَّانِي، وَالنَّفْسُ
بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِيْنِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
[رواه
البخاري ومسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة الحديث :
Dari Ibnu Mas’ud
radiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah
dan bahwa saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) adalah utusan Allah
kecuali dengan tiga sebab : Orang tua yang berzina, membunuh orang lain (dengan
sengaja), dan meninggalkan agamanya berpisah dari jamaahnya.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Tidak boleh
menumpahkan darah kaum muslimin kecuali dengan tiga sebab, yaitu : zina muhshon
(orang yang sudah menikah), membunuh manusia dengan sengaja dan meninggalkan
agamanya (murtad) berpisah dari jamaah kaum muslimin.
2. Islam sangat
menjaga kehormatan, nyawa dan agama dengan menjatuhkan hukuman mati kepada
mereka yang mengganggunya seperti dengan melakukan zina, pembunuhan dan
murtad.
3. Sesungguhnya
agama yang disepakati adalah yang dipegang oleh jamaah kaum muslimin, maka wajib
dijaga dan tidak boleh keluar darinya.
4. Hukum pidana
dalam Islam sangat keras, hal itu bertujuan untuk mencegah (preventif) dan
melindungi.
5. Pendidikan
bagi masyarakat untuk takut kepada Allah ta’ala dan selalu merasa terawasi
oleh-Nya dan keadaan tersembunyi atau terbuka sebelum dilaksanakannya
hukuman.
6. Hadits diatas
menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan kesucian.
7. Dalam hadits
tersebut merupakan ancaman bagi siapa yang membunuh manusia yang diharamkan oleh
Allah ta’ala.
الحديث الخامس عشر
HADITS KELIMA BELAS
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ
الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau
diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati
tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Pelajaran
:
1.
Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
2.
Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih
sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
3.
Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya
.
4.
Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan
menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
5.
Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan
mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6.
Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat
menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
7.
Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangganya dan memperhatikanya
serta tidak menyakitinya.
8.
Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq
dan beramar ma’ruf nahi munkar.
9.
Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya
terhadap syariat Islam.
10.
Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.
الحـديث السادس عشر
HADITS KEENAM BELAS
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ
فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
[رواه البخاري]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu
‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan
kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda :
Jangan engkau marah.
(Riwayat Bukhori
)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Anjuran bagi
setiap muslim untuk memberikan nasihat dan mengenal perbuatan-perbuatan
kebajikan, menambah wawasan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang
baik.
2. Larangan
marah.
3. Dianjurkan
untuk mengulangi pembicaraan hingga pendengar menyadari pentingnya dan
kedudukannya.
الحــديث السابع عشر
HADITS KETUJUH BELAS
عَنْ أَبِي
يَعْلَى شَدَّاد ابْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ
فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ
ذَبِيْحَتَهُ . [رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترحمة الحديث :
Dari Abu Ya’la
Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas
segala sesuatu . Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut.
Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah
pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.
(Riwayat
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Syariat Islam
menuntut perbuatan ihsan kepada setiap makhluk termasuk diantaranya adalah
hewan.
2. Tidak boleh
menyiksa dan merusak tubuh sebagai sasaran dan tujuan, tidak juga boleh
menyayat-nyayat orang yang dihukum qishash.
3.
Termasuk ihsan juga berbuat baik terhadap hewan ternak dan belas kasih
terhadapnya. Tidak boleh membebaninya diluar kemampuannya serta tidak
menyiksanya saat menyembelihnya.
الحــديث
الثامن عشر
HADITS KEDELAPAN BELAS
عَنْ أَبِي
ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا،
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ "
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Zar, Jundub
bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada
Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya
menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
(Riwayat Turmuzi,
dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan
shahih).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Takwa kepada
Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal
shalih.
2. Bersegera
melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan
menghapus keburukan.
3.
Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga
pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di
dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif
pergaulan.
الحــديث
التاسع عشر
HADITS KESEMBILAN BELAS
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ
وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ
اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ
قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ
لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ
اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي
الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا
أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ،
وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Al Abbas
Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada
dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai
ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya
dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada
dihadapanmu. Jika kamu meminta,
mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan
kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk
mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan
manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka
berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan
mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah
diangkat dan lembaran telah kering.
(Riwayat Turmuzi dan
dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi
dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu.
Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah.
Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan
apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa
kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan
bersama kemudahan).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Perhatian
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta
menyiapkan generasi mu’min idaman.
2. Termasuk adab
pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap
pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.
3. Siapa yang
konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di
dunia dan akhirat.
4. Beramal
shalih serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan
seseorang dari kesulitan.
5. Tidak
mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada
Allah semata.
6. Manusia tidak
akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala .
7. Menghormati
waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat sebagaimana Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau
berkendaraan.
الحــديث
العشرون
HADITS KEDUA PULUH
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي
رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ
تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
[رواه البخاري ]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Mas’ud
Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah
dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : Jika engkau tidak
malu perbuatlah apa yang engkau suka
(Riwayat
Bukhori)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Malu
merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus
ajarannya.
2. Jika
seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan)
darinya sedikitpun.
3. Malu
merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang
banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya
semakin sedikit kebaikannya.
4.
Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki
tanggung jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi
tanggung jawabnya.
5.
Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan
kebenaran . Allah ta’ala berfirman : “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (33
: 53).
6.
Diantara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela)
dan Wafa’ (menepati janji)
7.
Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.
الحــديث الحادي والعشرون
HADITS KEDUAPULUH SATU
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ
اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ
لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ
آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]
Terjemah
hadits / ترجمة الحديث
:
Dari Abu Amr, -ada
juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi
radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya
tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman
kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.
(Riwayat
Muslim).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Iman kepada
Allah ta’ala harus mendahului ketaatan.
2. Amal shalih
dapat menjaga keimanan
3. Iman dan amal
saleh keduanya harus dilaksanakan.
4. Istiqomah
merupakan derajat yang tinggi.
5. Keinginan
yang kuat dari para shahabat dalam menjaga agamanya dan merawat
keimanannya.
6. Perintah
untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah semata
hingga mati.
الحـديث
الثاني والعشرون
HADITS KEDUAPULUH DUA
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ
رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى
ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Abdullah,
Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma : Seseorang bertanya kepada
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata : Bagaimana pendapatmu
jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang
halal dan mengharamkan yang haram dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya
akan masuk surga ?. Beliau bersabda : Ya.
(Riwayat
Muslim)
Catatan
:
* Seseorang yang
bertanya dalam riwayat diatas adalah : An Nu’man bin Qauqal.
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1. Setiap muslim
dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam, tentang kewajibannya
dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal tersebut tidak
diketahuinya.
2. Penghalalan
dan pengharaman merupan aturan syariat, tidak ada yang berhak menentukannya
kecuali Allah ta’ala.
3. Amal shalih
merupakan sebab masuknya seseorang kedalam surga.
4. Keinginan dan
perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap surga
serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke sana.
الحديث الثالث والعشرون
HADITS KEDUAPULUH TIGA
عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ،
وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ
السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ،
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ
نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا
[رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Malik Al
Haritsy bin ‘Ashim Al ‘Asy’ary radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Bersuci adalah bagian dari iman, Al
Hamdulillah dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Al Hamdulillah dapat
memenuhi antara langit dan bumi, Sholat adalah cahaya, shadaqah adalah
bukti,
Al Quran dapat menjadi saksi yang meringankanmu atau yang memberatkanmu. Semua
manusia berangkat menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan
dan azab) ada juga yang menghancurkan dirinya.
(Riwayat
Muslim).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.
Iman merupakan ucapan dan perbuatan, bertambah dengan amal shalih dan
keta’atan dan berkurang dengan maksiat dan dosa.
2.
Amal perbuatan akan ditimbang pada hari kiamat dan dia memiliki
beratnya.
3.
Bersuci merupakan syarat sahnya ibadah, karena itu harus
diperhatikan.
4.
Menjaga shalat akan mendatangkan petunjuk dan memperbaiki kondisi seorang muslim
terhadap manusia, membedakannya dengan akhlaknya dan perilakunya, kewara’annya
dan ketakwaannya.
5.
Seruan untuk berinfaq pada jalan-jalan kebaikan dan bersegera melakukannya
dimana hal tersebut merupakan pertanda benarnya keimanan.
6.
Anjuran untuk bersabar tatkala mengalami musibah, khususnya apa yang dialami
seorang muslim karena perbuatan amar ma’ruf nahi munkar.
7.
Semangat membaca Al Quran dengan pemahaman dan mentadabburi (merenungkan)
ma’nanya, menga-malkan kandungan-kandungannya karena hal tersebut dapat memberi
syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat.
8.
Seorang muslim harus menggunakan waktunya dan umurnya dalam keta’atan kepada
Allah ta’ala serta tidak mengabaikannya karena kesibukan lainnya.
الحــديث الرابع والعشرون
HADITS KEDUAPULUH EMPAT
عَنْ أَبِي
ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا
عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ
مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ
هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ
مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ
إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ
تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً،
فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا
ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى
أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً .
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا
عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي
شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ
وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ
الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ
أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ
خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ
نَفْسَهُ .
[رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Dzar Al
Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman:
Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku
telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian
saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang
Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan
kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku
berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan
kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku
berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan
kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam
dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku
niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang
dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian
berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian
sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam
keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah
kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara
kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian,
semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu
mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang
pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit
lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi,
niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah
jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua
perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya,
siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada
Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela
kecuali dirinya.
(Riwayat
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1. Menegakkan
keadilan di antara manusia serta haramnya kezaliman di antara mereka merupakan
tujuan dari ajaran Islam yang paling penting.
2. Wajib bagi
setiap orang untuk memudahkan jalan petunjuk dan memintanya kepada Allah
ta’ala.
3. Semua makhluk
sangat tergantung kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan
terhadap dirinya baik dalam perkara dunia maupun akhirat.
4. Pentingnya
istighfar dari perbuatan dosa dan sesungguhnya Allah ta’ala akan
mengampuninya.
5. Lemahnya
makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam mendatangkan kecelakaan dan
kemanfaatan.
6. Wajib bagi
setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas ni’mat-Nya dan
taufiq-Nya.
7. Sesungguhnya
Allah ta’ala menghitung semua perbuatan seorang hamba dan
membalasnya.
8. Dalam hadits
terdapat petunjuk untuk mengevaluasi diri (muhasabah) serta penyesalan atas
dosa-dosa
الحـديث الخامس والعشرون
HADITS KEDUAPULUH LIMA
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ
يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ
بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا
يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ
تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ
صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي
بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا
شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا
فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ
كَانَ لَهُ أَجْرٌ .
[رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Dzar
radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala
yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana
kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami
tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda :
Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? :
Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah,
setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf
nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah.
Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara
kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian
seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?,
demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka
baginya mendapatkan pahala.
(Riwayat
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Sikap bijak
dalam menanggapi berbagai kondisi serta mendatangkan kabar gembira bagi jiwa
serta menenangkan perasaan.
2. Para shahabat
berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.
3. Luasnya
keutamaan Allah ta’ala serta banyaknya pintu-pintu kebaikan yang dibuka bagi
hamba-Nya.
4. Semua bentuk
zikir sesungguhnya merupakan shodaqoh yang dikeluarkan seseorang untuk
dirinya.
5.
Kebiasaan-kebiasaan mubah dan penyaluran syahwat yang disyariatkan dapat menjadi
ketaatan dan ibadah jika diiringi dengan niat shalih.
6. Anjuran untuk
meminta sesuatu yang dapat bermanfaat bagi seorang muslim dan yang dapat
meningkatkan dirinya ke derajat yang lebih sempurna.
7. Didalam
hadits ini terdapat keutamaan orang kaya yang bersyukur dan orang fakir yang
bersabar.
الحــديث السادس والعشرون
HADITS KEDUAPULUH ENAM
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ
صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ
صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ
تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ،
وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى
عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda
: Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari
terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah
sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia
untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang
baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah
sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Bersyukur
kepada Allah ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.
2. Allah telah
menjadikan -sebagai rasa syukur terhadap ni’mat-Nya- setiap anggota badan untuk
menolong hamba-hamba Allah ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan
menggunakannya sesuai kemaslahatannya.
3. Temasuk
sedekah adalah : Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain,
justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
4. Jasad harus
dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah
melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintunya banyak.
5. Anjuran untuk
mendamaikan kedua belah fihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik,
berjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.
6. Anjuran untuk
membersihkan sarana-sarana umum.
7. Anjuran untuk
melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan
bumi.
الحـديث السابع والعشرون
HADITS KEDUAPULUH TUJUH
عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ
فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم]
.
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ
الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ
إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي
النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ
"
[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد
حسن]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Nawwas bin
Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda : “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa
mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “
(Riwayat
Muslim)
Dan dari Wabishah
bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendatangi Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Engkau datang untuk
menanyakan kebaikan ?, saya menjwab : Ya. Beliau bersabda : Mintalah pendapat
dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa
adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada,
meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya.
(Hadits hasan kami
riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang
hasan)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Tanda
perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau
hal itu diketahui orang lain.
2. Siapa yang
ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada
dirinya .
3. Anjuran untuk
berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat
besar.
4.
Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan
perbuatan haram.
5.
Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah
yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.
6.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika menyampaikan sesuatu kepada
para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.
7.
Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam hati
orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.
الحــديث الثامن والعشرون
HADITS KEDUAPULUH DELAPAN
عَنْ أَبِي
نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ
اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ
مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ
مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ
يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ
[رَوَاه
داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Najih Al
Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata
kami bercucuran. Maka kami berkata : Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan
nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala,
tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah
seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan
banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan
ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan
kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan,
karena semua perkara bid’ah adalah sesat “
(Riwayat Abu Daud
dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)
Pelajaran:
1. Bekas yang
dalam dari nasehat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam jiwa para
shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah
ta’ala.
2. Taqwa
merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim
lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat
didalamnya maksiat.
3. Keharusan
untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena
didalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi
perbedaan dan perpecahan.
4. Hadits ini
menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena di dalamnya
terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Larangan
untuk melakukan hal yang baru dalam agama (bid’ah) yang tidak memiliki landasan
dalam agama.
الحــديث التاسع والعشرون
HADITS KEDUAPULUH SEMBILAN
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا
رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ
النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ
مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ
شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ،
وَتَحُجُّ الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟
الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ
النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : }
تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ-
يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ
قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟
قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ
وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ
أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ .
فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ
اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ
أُمُّكَ، وَهَلْ يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ :
عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال :
حديث حسن صحيح]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث :
Dari Mu’az bin Jabal
radhiallahuanhu dia berkata : Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya
tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya
dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar,
dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, : Beribadah
kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu
surga ?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan
sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam
(qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka
jauh dari tempat tidurnya….”. Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku
beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya ?, aku menjawab :
Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan
puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan
sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu ?, saya
berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda:
Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah
kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: Ah kamu
ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda
beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan
mereka .
(Riwayat Turmuzi dan
dia berkata: Haditsnya hasan shahih)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Perhatian
shahabat yang sangat besar untuk melakukan amal yang dapat memasukkan mereka ke
surga.
2. Amal
perbuatan merupakan sebab masuk surga jika Allah menerimanya dan hal ini tidak
bertentangan dengan sabda Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam “Tidak masuk
surga setiap kalian dengan amalnya ”. Makna hadits tersebut adalah bahwa amal
dengan sendirinya tidak berhak memasukkan seseorang ke surga selama Allah belum
menerimanya dengan karunia-Nya dan Rahmat-Nya.
3. Mentauhidkan
Allah dan menunaikan kewajibannya adalah sebab masuknya seseorang ke dalam
surga.
4. Shalat sunnah
setelah shalat fardhu merupakan sebab kecintaan Allah ta’ala kepada
hambanya.
5. Bahaya lisan
dan perbuatannya akan dibalas dan bahwa dia dan mencampakkan seseorang ke neraka
karena ucapannya.
الحــديث الثلاثون
HADITS KETIGAPULUH
عَنْ أَبِي
ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي جُرْثُوْمِ بْنِ نَاشِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُوْلِ
اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ
تُضَيِّعُوْهَا، وَحَدَّ حُدُوْداً فَلاَ تَعْتَدُوْهَا، وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلاَ
تَنْتَهِكُوْهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ
تَبْحَثُوا عَنْهَا.
[حديث حسن رواه الدارقطني وغيره] .
Dari Abi Tsa’labah
Al Khusyani Jurtsum bin Nasyir radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam dia berkata : Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan
kewajiban-kewajiban, maka janganlah kalian mengabaikannya, dan telah menetapkan
batasan-batasannya janganlah kalian melampauinya, Dia telah mengharamkan segala
sesuatu, maka janganlah kalian melanggarnya, Dia mendiamkan sesuatu sebagai
kasih sayang buat kalian dan bukan karena lupa jangan kalian mencari-cari
tentangnya .
(Hadits hasan
riwayat Daruquthni dan lainnya).
(Hadits ini dikatagorikan sebagai hadits dho’if). Lihat
Qowa’id wa Fawa’id Minal Arbain An Nawawiah, karangan Nazim Muhammad Sulthan,
hal. 262. Lihat pula Misykatul Mashabih, takhrij Syaikh Al
Albani, hadits no. 197, juz 1. Lihat pula Jami’ Al Ulum wal Hikam, oleh Ibnu
Rajab).
الحــديث الحادي والثلاثون
HADITS KETIGAPULUH SATU
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ
قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :
ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ
وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ،
وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .
[حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
Dari Abu Abbas Sahl
bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan
kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan
mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan
dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan
dicintai manusia.
(Hadits hasan
riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan) .
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1. Menuntut
kecukupan terhadap dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud adalah tidak adanya
ketergantungan dan terpusatnya perhatian terhadapnya.
2. Bersikap
qanaah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap ‘iffah
dari perbuatan haram dan hati-hati terhadap syubhat.
3. Jiwa yang
merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah
merupakan hakekat zuhud.
الحـديث الثاني والثلاثون
HADITS KETIGAPULUH DUA
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ
ضِرَارَ
[حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا
مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى
عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا
سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Sa’id,
Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tidak boleh melakukan perbuatan
(mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“
(Hadits hasan
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan sanad yang
bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho’ secara mursal dari
Amr bin Yahya dari bapaknya dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, dia
tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi dia memiliki jalan-jalan yang
menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lain).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1.
Larangan melakukan sesuatau yang berbahaya.
2.
termasuk sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang berbahaya seperti rokok,
mengendarai kendaraan dengan ceroboh.
الْحَدِيث الثالث والثلاثون
HADITS KETIGA PULUH TIGA
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى الله عليه وسلم : لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ، لاَدَّعَى رِجَالٌ
أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ، لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِيْ
وَالْيَمِيْنَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ
[حديث حسن رواه البيهقي وغيره هكذا، وبعضه في الصحيحين]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Ibnu Abbas
radhiallahuanhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
: Seandainya setiap pengaduan manusia diterima, niscaya setiap orang akan
mengadukan harta suatu kaum dan darah mereka, karena itu (agar tidak terjadi hal
tersebut) maka bagi pendakwa agar mendatangkn bukti dan sumpah bagi yang
mengingkarinya
(Hadits hasan
riwayat Baihaqi dan lainnya yang sebagiannya terdapat dalam As
Shahihain)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Seorang hakim
harus meminta dari kedua orang yang bersengketa sesuatu yang dapat menguatkan
pengakuan mereka.
2. Seorang hakim
tidak boleh memutuskan sebuah perkara dengan menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal.
3. Pada dasarnya
seseorang bebas dari tuduhan hingga terbukti perbuatan jahatnya.
4. Seorang hakim
harus berusaha keras untuk mengetahui permasalahan sebenarnya dan menjelaskan
hukumnya berdasarkan apa yang tampak baginya.
5. Bersumpah
hanya diperbolehkan atas nama Allah.
الحديث الرابع والثلاثون
HADITS
KETIGA PULUH
EMPAT
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Sa’id Al
Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya,
jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah)
dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.
(Riwayat
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Menentang
pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam
ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2. Ridho
terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar.
3. Sabar
menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4. Amal
merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya
keimanan.
5. Mengingkari
dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan
tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.
الحـديث
الخامس والثلاثون
HADITS KETIGAPULUH LIMA
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا
وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ
اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ
وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى
صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ
وَعِرْضُهُ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda
: Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling
memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual
kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan
mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini
(seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan
buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang
lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.
(Riwayat
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Larangan
untuk saling dengki.
2. Larangan
untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual beli.
3. Diharamkan
untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan
dan hak-haknya karena Allah Ta’ala.
4. Islam bukan
hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga didalamnya terdapat urusan akhlak dan
muamalah.
5. Hati
merupakan sumber rasa takut kepada Allah Ta’ala.
6. Taqwa
merupakan barometer keutamaan dan timbangan seseorang.
7. Islam
memerangi semua akhlak tercela karena hal tersebut berpengaruh negatif dalam
masyarakat Islam.
الحديث السادس والثلاثون
HADITS
KETIGAPULUH ENAM
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا
نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ
عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ
مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ
فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ
قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ
وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ
فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
(رواه
مسلم)
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa
yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan
dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan
siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan
baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah
akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama
hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu,
akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah
satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka,
niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka
rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada
makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan
dipercepat oleh nasabnya.
(Riwayat
Muslim)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Siapa yang
membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia dapatkan
pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di hari
yang sangat sulit tersebut.
2. Sesungguhnya
pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3. Berbuat baik
kepada makhluk merupakan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah
Ta’ala.
4. Membenarkan
niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak menggugurkan
pahala sehingga amalnya dan kesungguhannya sia-sia.
5. Memohon
pertolongan kepada Allah ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan tidak
akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6.
Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7.
Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu.
الحديث
السابع والثلاثون
Hadits ketigapuluh tujuh
عَنْ ابْنِ
عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا
يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا
فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا
كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا
كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً "
[رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]
Terjemah hadits /
ترجمة
الحديث
:
Dari Ibnu Abbas
radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam sebagaimana dia
riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi : Sesungguhnya Allah
telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut :
Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka
dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat
melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai
sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang
banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak
melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat
kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu
keburukan.
(Riwayat Bukhori dan
Muslim dalam kedua shahihnya dengan redaksi ini).
Pelajaran.
1. Kasih sayang
Allah terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh
sedang pemberian-Nya tidak terbatas.
2. Sesungguhnya
apa yang tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa
menunaikannya.
3. Allah tidak
menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian
dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktik.
4. Seorang
muslim hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan
dengan begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap
untuk melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.
5.
Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan
ganjaran.
الحديث
الثامن والثلاثون
Hadits Ketigapuluh delapan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا
فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ
إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي
يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا،
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ
اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]
Terjemah
hadits / ترجمة الحديث
:
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman :
Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak
ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan
beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu
mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang
fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku
adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia
gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya
yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku
berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “
Riwayat Bukhori.
Pelajaran
yang dapat diambil dari hadits/الفوائد من
الحديث:
1.
Besarnya kedudukan seorang wali, karena dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah
ta’ala.
2.
Perbuatan-Perbuatan fardhu merupakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah
ta’ala .
3.
Siapa yang kontinyu melaksanakan sunnah dan menghindar dari perbuatan maksiat
maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala.
4.
Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang maka dia akan mengabulkan
doanya.
الحديث
التاسع والثلاثون
HADITS
KETIGAPULUH SEMBILAN
عَنِ ابْنِ
عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم
قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ
وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
[حديث حسن
رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]
Terjemah hadits /
ترجمة الحديث :
Dari Ibnu Abbas
radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
: "Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa
hal) : Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa“
(Hadits hasan
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya)
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1. Allah ta’ala
mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa
kesalahan dan lupa.
2. Sesungguhnya
Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat
dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan
kewajiban dengan sukarela .
3. Manfaat
adanya kewajiban adalah untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang
membangkang.
4. Ada beberapa
perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di
bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia
shalat dengannya karena lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut.
Contoh seperti itu banyak terdapat dalam kitab-kitab fiqh.
الحديث الأربعون
Hadits
Keempat Puluh
عَنْ ابْنِ
عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ
سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ
الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
.
[رواه
البخاري]
Terjemah
hadits / ترجمة الحديث
:
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda :
Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar
berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu
berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk
(persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “
(Riwayat Bukhori)
Pelajaran
:
1.
Bersegera mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan
menunda-nunda karena dia tidak tahu kapan datang ajalnya.
2.
Menggunakan berbagai kesempatan dan momentum sebelum hilangnya
berlalu.
3.
Zuhud di dunia berarti tidak bergantung kepadanya hingga mengabaikan ibadah
kepada Allah ta’ala untuk kehidupan akhirat.
4.
Hati-hati dan khawatir dari azab Allah adalah sikap seorang musafir yang
bersungguh-sungguh dan hati –hati agar tidak tersesat.
5.
Waspada dari teman yang buruk hingga tidak terhalang dari tujuannya.
6.
Pekerjaan dunia dituntut untuk menjaga jiwa dan mendatangkan manfaat, seorang
muslim hendaknya menggunakan semua itu untuk tujuan akhirat.
7.
Bersungguh-sungguh menjaga waktu dan mempersiapkan diri untuk kematian dan
bersegera bertaubat dan beramal shaleh.
8.
Rasulullah memegang kedua pundak Abdullah bin Umar, adalah agar beliau
memperhatikan apa yang akan beliau sampaikan. Menunjukkan bahwa seorang pelajar
harus diajarkan tentang perhatian gurunya kepadanya dan kesungguhannya untuk
menyampaikan ilmu kedalam jiwanya. Hal ini dapat menyebabkan masuknya ilmu,
sebagaimana hal itu juga menunjukkan kecintaan Rasulullah kepada Abdullah bin
Umar, karena hal tersebut pada umumnya dilakukan oleh seseorang kepada siapa
yang dicintainya.
الحديث الحادي والأربعون
HADITS
KEEMPATPULUH
SATU
عَنْ أَبِي
مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
[حَديثٌ
حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad
Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Tidak beriman salah seorang di antara
kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “
Hadits hasan shahih
dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih.
(Hadits ini
tergolong dho’if. Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan
Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al Albani,
hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)
الحديث الثاني والأربعون
HADITS KEEMPATPULUH
DUA
عَنْ أَنَسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم
يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي
وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ
آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي
غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ
خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا
مَغْفِرَةً
[رواه
الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]
Terjemah Hadits /
ترجمة الحديث :
Dari Anas
Radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: "Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau
berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak
peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya
dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku
niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang
kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak
menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula
ampunan “
(Riwayat Turmuzi dan
dia berkata : haditsnya hasan shahih).
Pelajaran yang
terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1.
Berdoa diperintahkan dan dijanjikan untuk dikabulkan.
2.
Pemberian
maaf Allah dan ampunan-Nya lebih
luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan
bertaubat.
3.
Berbaik sangka kepada Allah Ta’ala,
Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan
istighfar.
4.
Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk meraihnya.
5.
Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal
betapapun banyak dosanya.